SEJARAH WALISONGO PENYIAR AGAMA ISLAM DI JAWA

Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, terdapat kisah para wali yang menyebarkan Islam yang tidak terlepas dari kegiatan syiar Islam di tanah air. Para wali yang dikenal dengan Walisongo memiliki peranan penting dalam penyebaran Islam di Jawa khususnya dan di tanah air pada umumnya.

1. Walisongo

Di pulau Jawa penyiaran agama Islam dipelopori oleh para wali. Mereka lebih dikenal dengan sebutan Walisongo. Para wali sangat aktif dalam menyiarkan agama Islam di daerah di mana mereka menetap. Mereka dipandang memiliki pengetahuan yang luar biasa. Artinya mereka orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, mempunyai tenaga gaib, mempunyai kekuatan batin yang sangat tinggi.

Karena itu para wali diberi gelar sunan, artinya yang dijunjung tinggi (dihormati). Nama para wali biasanya diambil dari nama daerah pusat penyebaran Islam atau tempat di mana ia dimakamkan. Kesembilan wali itu masing-masing adalah :

a. Maulana Maghribi
Maulana Maghribi adalah salah satu dari sembilan wali pertama yang berasal dari daerah Pasai, Aceh. Maulana Maghribi semula bernama Malik Ibrahim.

b. Sunan Bonang
Sunan Bonang semula bernama Mahdum Ibrahim. Ia adalah Putra Sunan Ampel. Sunan Bonang tinggal di Bonang, Tuban.

c. Sunan Drajad
Sunan Drajad semula bernama Syarifuddin. Ia adalah putra Sunan Ampel. Sunan Drajad tinggi di Drajad tinggal di Drajad, Sedayu

d. Sunan Ampel
Sunan Ampel semula bernama Raden Rahmat. Ia tinggil di Ampeldenta, Surabaya.

e. Sunan Giri
Sunan Giri bernama Raden Paku. Ia berasal dari Blambangan, Jawa Timur

f. Sunan KaliJaga
Sunan Kalijaga semula bernama Jaka Said. Ia adalah putra Tumenggung Majapahit

g. Sunan Kudus
Sunan Kudus semula bernama Ja'far Shodiq. Ia tinggal di Kudus, Jawa Tengah

h. Sunan Muria
Sunan Muria semula bernama Raden Umar Said. Ia adalah putra Sunan Kalijaga. Setelah wafat ia dimakamkan di Gunung Muria

i. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati semula bernama Syarif Hidayatullah atau Fatahillah. Ia tinggal di Cirebon dan setelah wafat dimakamkan di Gunung Jati.


Selain kesembilan wali yang disebut walisongo tersebut, sebenar ada seorang wali lagi bernama Syekh Siti Jenar. Tetapi ia tidak termasuk ke dalam kelompok wali sembilan (Walisongo) karena ajaran yang disampaikannya bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya atau dianggap ajaran sesat. Oleh karena terpaksa ia dikeluarkan dari kelompok wali kemudian dihukum mati. 

2. Cara penyiaran agama Islam oleh para wali

Para wali yang umumnya berasal dari bangsa Indonesia sendiri, mempunyai tugas utama berdakwah menyiarkan Islam tertutama di daerah di mana ia menetap. Mereka melaksanakan dakwah menyiarkan Islam terutama di daerah di mana ia menetap. Mereka melaksanakan dakwah secara bijaksana, misalnya dengan bertukar pikiran (berdiskusi) dengam pemuka-pemuka masyarakat yang belum Islam. Atau mereka memberikan contoh tauladan dalam beribadah maupun bermasyarakat secara Islam. Bahkan terkadang harus mengeluarkan kesaktian dan mukjizat yang  mereka meliki. Para wali ada pula yang berdakwah melalui seni seperti seni wayang, dengan menokohkan wayang dengan tokoh Islam, Kesenian yang berkembang dan gemari masyarakat tetap berlanjut meskipun disisipkan dengan ajaran Islam. Melalui cara-cara ini banyak penduduk atau masyarakat pada masa itu tertarik kemudian menganut agama Islam berkembang pesat.

Selain para wali, masih banyak lagi tokoh keagamaan dalam Sejarah Indonesia misalnya Syekh Bentong dan Syekh Majagung, Sunan Bayat (klaten), Sunan Prapen, Sunan Sendang (Sendangduwur). Demikian pula di daerah di luar Jawa, seperti di daerah Gowa, Datori Bandang, dan Tuang Tranggang Parang di Kutai, Penghulu Demak Mangajar di Banten dan lain-lain. 

Istilah penting

Wali : Orang yang mengajarkan ilmu agama yang tinggi, mengajarkannya dan dipandang memiliki kesaktian.

Demikian sejarah singkat walisongo sebagai penyiar agama Islam di Pulau Jawa, semoga bermanfaat. terimakasih.

Sumber: Dirangkum dari buku Modul IPS Sejarah WB Paket B Setara SMP Dirjen PTKPAUDNI 2012.

0 comments:

Post a Comment